
Selain itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan alat berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi covid-19. Dengan penyempurnaan alat tersebut, dia berharap akan ada sebuah perangkat lunak yang bisa merepresentasikan paspor terkait covid-19. “Sehingga semua informasi jadi lengkap, termasuk Anda sudah pernah dites swab berapa kali, di mana, kapan, hasilnya apa. Dan ada juga data sampai rapid test (dalam paspor itu),” ujar dia.
Dia menilai, paspor tersebut akan memudahkan orang yang berpergian ke berbagai daerah. Dengan demikian, lanjut Bambang, para pejalan tidak akan terbebani oleh berbagai dokumen. “Mudah-mudahan kita tidak lagi diganngu berbagai surat keterangan yang belum tentu akurat dalam menggambarkan kondisi seseorang terkait covid-19,” katanya.
Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan Corona Likelihood Metric (CLM) sebagai syarat keluar masuk ibu kota. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menjelaskan, CLM adalah sistem aplikasi yang meminta masyarakat mengisi formulir secara mandiri terkait kondisi kesehatan mereka. CLM juga bertujuan mengendalikan aktivitas masyarakat sehingga mereka merasa aman berkegiatan selama masa perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Sementara melansir situs smartcity.jakarta.go.id, CLM adalah aplikasi untuk mengecek gejala covid-19 secara mandiri. Aplikasi ini menggunakan teknologi berbasis machine learning yang dapat menilai kelayakan seseorang mengikuti tes polymerase chain reaction atau PCR covid-19.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul “Kemenristek Kembangkan Paspor Kesehatan untuk Kemudahan Perjalanan” , https://katadata.co.id/berita/2020/07/16/kemenristek-kembangkan-paspor-kesehatan-untuk-kemudahan-perjalanan
Penulis: Rizky Alika
Editor: Happy Fajrian